Selasa, 28 April 2009
ASKEP PD KLIEN DGN INFEKSI OTAK
n INFEKSI OTAK
n Jaringan otak Bakteri
n Selaput otak virus
n Medula spinalis Jamur
Meningitis
Encephalitis
Abses otak
n MENINGITIS
n Radang pd meningen
n Disebabkan oleh virus, bakteri dan jamur
n Meningitis : asepsis, sepsis, & tuberkulosa
n M. aseptic
salah satu meningitis virus, disebabkan oleh abses otak, ensefalitis, limfoma, leukemia, atau darah di ruang sub arakhnoid
n M. sepsis
disebabkan oleh meningokokus, stafilokokus atau basilus influensa
n M.tuberkulosa
disebabkan oleh basilus tuberkel
n MENINGITIS BAKTERI
n Paling signifikan. 75 % kasus
n Neiserria meningitis / m. meningokokus
n Streptococcus pneumoniae : pd dws
n Haemophilus influenzae : anak2 & dws muda
n Penularan mll ; droplet & sekret dr hidung & tenggorok
n Insiden tertinggi : bakteri gram negatif
n Patofisiologi
n Infeksi orofaring
n Organisme msuk dlm alirah darah & menyebabkan reaksi radang dlm meningen & di bwh daerah korteks
n Trombus & penurunan alirah darah serebral
n Gg metabolisme akibat eksudat meningen, vaskulitis, & hipoperfusi
n Eksudat menyebar sampai dasar otak & medula spinalis
n Manifestasi Klinis
n Sakit kepala & demam
n Perub. Tingkat kesadaran
n Tanda iritasi meningen
n Fotofobia
n Kejang & peningkatan TIK
n Ruam
n Infeksi fulminating
n Tanda iritasi meningen
n Rigiditas nukal : spasme otot2 leher
n Tanda Kernig (+) : ps dibaringkan dgn paha fleksi ke arah abdomen, kaki tdk dpt diekstensikan sempurna
n Tanda Brudzinski : leher ps di fleksikan, dihasilkan fleksi lutut & pinggul; bl dilakukan fleksi pasif pd ekstremitas bwh pd salah satu sisi, gerakan yg sama terlihat pd sisi yg lain
n Infeksi fulminating
n Pd m. meningokokus
n Tanda septikemia : demam tinggi tiba2, lesi purpura menyebar (wajah & ekstremitas), syok,& tanda2 koagulopati intravaskuler diseminata
n Pemeriksaan Diagnostik
n Kultur CSS
n Kultur darah
n CIE (Counterimmunoelectrophoresis) : deteksi antigen bakteri pd cairan tubuh ( CSS & urin)
n Penatalaksanaan
n Antibiotik
n Cairan
n Anti kejang
n Diuretik osmotik
n ABSES OTAK
n Kumpulan unsur2 infeksius dlm otak
n Tjd mll invasi otak langsung dr trauma intrakranial / pembedahan,
n Mll penyebaran infeksi dr daerah lain spt sinus, telinga, gigi
n Mll penyebaran infeksi dr organ lain : abses paru, endokarditis
n Komplikasi beberapa bentuk meningitis
n Manifestasi klinik
n Dr perubahan dinamika intrakranial (edema, pergeseran otak), infeksi, atau lokasi abses
n Sakit kepala, muntah
n Tanda neurologik fokal; kelemahan ekstremitas, penurunan penglihatan (tgt tempat abses)
n Perubahan status mental; letargi, peka, disorientasi
n Pemeriksaan Diagnostik
n Pengkajian neurologik
n CT Scan
n Penatalaksanaan
n Menghilangkan abses; antimikroba, pembedahan/aspirasi
n Menuruknan radang edema otak : kortikosteroid
n Anti konfulsan
n ENCEPHALITIS
n Peradangan otak
n Diagnosisnya dpt ditegakkan mll px. mikroskopis jaringan otak
n Etiologi
n Bakteri
n Cacing
n Jamur
n Virus : terpenting & tersering
n Klasifikasi virus
n Epidemik :
Gol enterovirus : poliomyelitis, virus echo
Gol arbo virus : western equine encephalitis, eastern equine encephalitis
n Sporadik : rabies, herpes simplek, herpes zooster, limfogranuloma, mumps, chorio meningitis
n Pasca infeksi : morbili, varisela, rubella, mononukleosis infeksius, infeksi traktus respiratorius
n Manifestasi Klinis
n Demam
n Sakit kepala
n Pusing
n Muntah
n Nyeri tenggorokan
n Malaise
n Nyeri ekstremitas
n Pucat
n Tergantung distribusi & luas lesi pd neuron
n Gelisah, iritabel, screaming attack, perubahan perilaku, gg kesadaran, kejang
n Tanda neurologis : afasia, hemiparesis, hemiplegi, ataksia & paralysis saraf otak
n Patofisiologi
n Virus masuk mll kulit, sal nafas & sal cerna
n Menyebar dlm sistem limfatik & msk aliran darah
n Infasi ke dlm susunan saraf pusat
n Respon imun & peradangan menyebabkan edema & peningkatan TIK
n Destruksi jaringan saraf, kerusakan pembuluh darah & perivaskular
n Pemeriksaan Diagnostik
n Analisa CSS
n CT Scan
n MRI
n EEG (electro ensefalografi)
n Darah
n Penatalaksanaan
n Anti konfulsan
n Antipiretik
n Kortikosretoid : utk edema otak
n PROSES KEPERAWATAN
n Pengkajian
n Analisa data
n Diagnosa keperawatan
n Perencanaan
n Implementasi
n Evaluasi
n Pengkajian
n Aktifitas / istirahat
Malaise, ataksia, kelumpuhan, gerakan involunter
n Sirkulasi
Riwayat kardiopatologi, tekanan darah meningkat, takikardi, disritmia
n Eliminasi
Inkontinensia atau retensi
n Makanan / cairan
Kehilangan nafsu makan, kesulitan menelan, anoreksia, muntah, turgor jelek, membran mukosa kering
n Higiene
Ketergantungan keb. perawtan diri
n Neurosensori
Sakit kepala, parestesia, kehilangan sensasi, kejang, gg penglihatan, letargi, afasia, hemiparese/hemiplegi, tanda brudzinski, tanda kernig, rigiditas nukal
n Kenyamanan
Sakit kepala, kaku leher, fotosensitifitas, nyeri tenggorok,
n Pernafasan
Riwayat infeksi sinus /paru, perub. mental & gelisah
n Keamanan
Riwayat infeksi nafas, telinga & gigi, pembedahan, imunisasi, terpajan campak, herpes simpleks,peningkatan suhu, ada ras, kelemahan umum . Gg sensasi
n Diagnosa Keperawatan
n Resiko tinggi infeksi b.d diseminata hematogen dr patogen
n Resiko tinggi Perubahan perfusi jaringan serebral b.d edema serebral
n Resiko tinggi trauma b.d kelemahan umum
n Gg rasa nyaman : nyeri b.d proses inflamasi
n Kerusakan mobilitas fisik b.d kerusakan neuromuskuler
n Perubahan persepsi sensori : ….. B.d perubahan resepsi sensori, transmisi / integrasi
n Ansietas b.d krisis situasi
n Kurang pengetahuan b.d kurang pemajanan, kesalahan interpretasi
n Resiko tinggi infeksi b.d diseminata hematogen dr patogen
Intervensi :
n Berikan tindakan isolasi sbg tindakan pencegahan
n Pertahankan teknik aseptik & teknik cuci tangan yg tepat baik ps, pengunjung, maupun staf. Pantau & batasi pengunjung/ staf ss kebutuhan
n Pantau suhu secara teratur. Catat munculnya tanda2 klinis dr proses infeksi
n Teliti adanya keluhan nyeri dada, disritmia, demam yg terus menerus
n Auskultasi suara nafas. Pantau kecepatan & usaha pernafasan
n Ubah posisi ps dgn teratur & anjurkan utk melakukan nafas dlm
n Catat karakteristik urin
n Identifikasi kontak yg beresiko thd perkembangan proses infeksi serebral
n Kelola pemberian terapi antibiotika IV ss indikasi
n Resiko tinggi perubahan perfusi jaringan serebral b.d edema serebral
Intervensi :
n Pertahankan tirah baring dgn posisi kepala datar & pantau tanda vital ss indikasi
n Pantau status neurologis dgn teratur & bandingkan dgn keadaan normalnya
n Kaji adanya rigiditas nukal, gemetar, kegelisahan yg meningkat, peka rangsang & adanya kejang
n Pantau tanda vital
n Pantau frekuensi/irama jantung
n Pantau pernafasan, catat pola & irama pernafasan
n Pantau suhu & atur suhu lingkungan ss kebutuhan
n Pantau masukan & haluaran. Catat karakteristik urin, turgor kulit & keadaan membran mukosa
n Bantu ps utk berkemih/ membatasi batuk, muntah, mengejan.
n Berikan tindakan yg menimbulkan rasa nyaman, spt masase punggung, lingkungan yg tenang
n Berikan waktu istirahat antara aktifitas perawatan
n Tinggikan kepala tempat tidur 15-45 derajad ss indikasi. Jaga posisi kepala tetap pd posisi netral
n Kelola pemberian vairan IV
n Pantau BGA
n Kelola pemberian medikasi
n Resiko tinggi trauma b.d kelemahan umum
Intervensi :
n Pantau adanya kejang pd tangan, kaki & wajah
n Berikan keamanan pd ps dgn memberi bantalan penghalang tempat tidur
n Pasang jalan nafas buatan
n Pertahankan tirah baring selama fae akut
n Kolaborasi & kelola pemberian anti konvulsan
n Gg rasa nyaman : nyeri b.d prose inflamasi
Intervensi :
n Berikan lingkungan yg tenang
n Tingkatkan tirah baring, bantu kebutuhan perawatan diri
n Kompres dingin kepala & mata
n Dukung ps utk posisi yg nyaman
n Berikan latihan rentang gerak aktif/pasif scr tepat & masase otot daerah bahu/leher
n Kolaborasi pemberian anlgesik
n Ansietas b.d krisis situasi
Intervensi :
n Kaji status mental & tingkat ansietas dr ps/klg
n Berikan penjelasan
n Hubungan antara proses penyakit & gejalanya
n Jelaskan & persiapkan utk tindakan prosedur sblm dilakukan
n Berikan kesempatan ps utk mengungkapkan isi pikiran & perasaan takutnya
n Libatkan ps/klg dlm perawatan
n Berikan dukungan thd perencanaan gaya hidup ss kemampuan ps
n Berikan petunjuk sumber2 penyokong yg ada, spt klg, konselor profesional
n Lindungi privasi ps
n Kurang pengetahuan b.d kurang pemajanan
Intervensi :
n Berikan informasi yg singkat & sederhana
n Diskusikan mengenai kemungkinan proses penyembuhan yg lama
n Berikan informasi mengenai kebutuhan diet TKTP utk proses penyembuhan
n Instruksikan utk terus latihan rentang gerakscr bertahap
n Diskusikan pentingnya istirahat yg adekuat
n Kaji ulang pengobatan yg diberi & tekankan utk mengkonsultasikan kesehatannya
n Diskusikan pencegahan proses penyakit ss kebutuhan
n Berikan penjelasan ulang mengenai timbulnya tanda & gejala yg membutuhkan penanganan medis segera
n Tekankan pentingnya evaluasi ulang & terapi rawat jalan secara rutin
n Identifikasi sumber2 penyokong yg ada di masyarakat
SECTIO CAESAREA
BAB IITINJAUAN TEORIA। PENGERTIAN
Section caesarea adalah lahirnya janin melalui insisi didinding abdomen (laparotomi) dan dinding uterus (histerektomi)। (cuningham, F garry, 2005 ; 592)Operasi Caesar atau sectio caesarea adalah proses persalinan yang dilakukan dengan cara mengiris perut hingga rahim seorang ibu untuk mengeluarkan bayi। (www।mikoraharja।wordpress।com)Ketuban Pecah Dini adalah pecahnya selaput ketuban sebelum ada tanda-tanda persalinan (Mansjoer, Arif, 1999: 310)।Ketuban Pecah Dini didefinisikan sebagai amnioreksis sebelum permulaan pesalinan pada setiap tahapan kehamilan। (Hecker, 2001: 304)।Ketuban Pecah Dini yaitu apabila ketuban pecah spontan dan tidak diikuti tanda-tanda persalinan, beberapa jam sebelum inpartu, misalnya 1 jam atau 6 jam sebelum inpartu। Ada juga yang menyatakan dalam ukuran pembukaan servik pada kala I, misalnya ketuban pecah sebelum pembukaan servik pada primigravida 3 cm dan pada multigravida kurang dari 5 cm। (www।medlinux.blogspot.com)Masa nifas adalah periode setelah kelahiran bayi dan plasenta sampai sekitar 6 minggu setelah post partum (Hecker, 2001: 145).Sectio caesarea merupakan tindakan operatif yang bertujuan menyelamatkan janin dan ibu.
ETIOLOGI
1. Etiologi ketuban pecah diniPenyebab dari ketuban pecah dini (KPD) masih belum jelas ada berbagai faktor ikut serta dalam kejadiannya. (Hecker, 2001 ; 304)a. Infeksi vagina dan servikb. Fisiologi selaput ketuban yang abnormalc. Inkompetensi serviksd. Defisiensi gizi dari tembaga atau asam askorbat (vtaimn C).Menurut Mansjoer Arif, faktor presdisposisi KPD yaitu infeksi genitalia, servik inkompeten, gamelia, hidramnion kehamilan pre term, dan disproporsi sepalo pelvik.2. Indikasi section caesareaIndikasi sectio caesarea (Cuningham, F Garry, 2005: 595)a. Riwayat sectio caesareaUterus yang memiliki jaringan parut dianggap sebagai kontraindikasi untuk melahirkan karena dikhawatirkan akan terjadi rupture uteri. Resiko ruptur uteri meningkat seiring dengan jumlah insisi sebelumnya, klien dengan jaringan perut melintang yang terbatas disegmen uterus bawah , kemungknan mengalami robekan jaringan parut simtomatik pada kehamilan berikutnya. Wanita yang mengalami ruptur uteri beresiko mengalami kekambuhan , sehingga tidak menutup kemungkinan untuk dilakukan persalinan pervaginam tetapi dengan beresiko ruptur uteri dengan akibat buruk bagi ibu dan janin, american collage of obstetrician and ginecologistc (1999)b. Distosia persalinanDistosia berarti persalinan yang sulit dan ditandai oleh terlalu lambatnya kemajuan persalinan, persalinan abnormal sering terjadi terdapat disproporsi antara bagian presentasi janin dan jalan lahir, kelainan persalinan terdiri dari :1) Ekspulsi (kelainan gaya dorong)Oleh karena gaya uterus yang kurang kuat, dilatasi servik (disfungsi uterus) dan kurangnya upaya utot volunter selama persalinan kala dua.2) Panggul sepit3) Kelainan presentasi, posisi janin4) Kelainna jaringan lemak saluran reproduksi yang menghalangi turunnya janinc. Gawat janinKeadaan gawat janin bisa mempengaruhi keadaan keadaan janin, jika penentuan waktu sectio caesarea terlambat, kelainan neurologis seperti cerebral palsy dapat dihindari dengan waktu yang tepat untuk sectio caesarea.d. Letak sungsangJanin dengan presetasi bokong mengalami peningkatan resiko prolaps tali pusat dan terperangkapnya kepala apabila dilahirka pervaginam dibandingkan dengan janin presentasi kepala.
PATOFISIOLOGI
Amnion terdapat pada plasenta dan berisi cairan yang didalamnya adalah sifat dari kantung amnion adalah bakteriostatik yaitu untuk mencegah karioamnionistis dan infeksi pada janin. Atau disebut juga sawar mekanik terhadap infeksi. Setelah amnion terinfeksi oleh bakteri dan disebut kolonisasi bakteri maka janin akan berpotensi untuk terinfeksi juga pada 25% klien cukup bulan yang terkena infeksi amnion, persalinan kurang bulan terkena indikasi ketuban pecah dini daripada 10% klien persalinan cukup bulan indikasi ketuban pecah dini akan menjadi tahap karioamnionitis (sepsis, infeksi menyeluruh). Keadaan cerviks yang baik pada kontraksi uterus yang baik, maka persalinan per vagina dianjurkan, tetapi apabila terjadi gagal induksi cerviks atau induksi cerviks tidak baik, maka tindakan sectio caesarea tepat dilakukan secepat mungkin untuk menghindari kecacatan atau terinfeksinya janin lebih parah.
MANIFESTASI KLINIK
Adapun tanda-tanda KPD yaitu (Mansjoer, Arif, 1999: 310) :1. Keluar air ketuban warna keruh, jernih, kuning, hijau atau kecoklatan sedikit atau sekaligus banyak2. Dapat disertai demam apabila disertai infeksi3. Janin mudah diraba4. Pada pemeriksaan dalam selaput ketuban tidak ada, air ketuban sudah kering5. Inspekula tampak air ketuban mengalir atau selaput ketuban sudah kering dan tidak ada.
GAMBARAN KLINIS
1. Tahapan dan Teknik Sectio Caesareaa. Insisi Abdomen1) Insisi vertikalInsisi vertikal garis tengan intra umbilikus, insisi ini harus cukup pajang agar janin dapat lahir tanpa kesulitan. Oleh karena itu, panjang insisi harus sesuai dengan taksiran ukuran janin2) Insisi transversal atau lintangKulit dan jaringan subkutan disayat dengan menggunakan insisi transversal rendah sedikit melengkung. Insisi dibuat setinggi garis rambut pubis dan diperluar sedikit melebihi batas lateral otot rektus.b. Insisi Uterus1) Insisi caesarea klasikInsisi caesarea klasik adalah suatu insisi vertikal ke dalam korpus uterus diatas segmen bawa uterus dan mencapai fundus uterus. Sebagian besar insisi dibuat di segmen bawah uterus secara melintang, insisi melintang disegman bawah memiliki keunggulan yaitu hanya memerlukan sedikit pemisahan kandung kemih dari miometrium dibawahnya. Indikasi untuk dilakukan insisi klasik untuk melahirkan janin :a) Apabila segman bawah uterus tidak bisa dipajankan atau dimasuki dengan aman karena kandung kemih melekat dengan erat akibat pembedahan sebelumnya, atau apabila teardapat karsinoma invasik diservikb) Janin berukuran besar, terletak melintang, selaput ketuban sudah pecah dan bahu terjepit jalan lahirc) Plasenta previra dengan implantasi anteriord) Janian kecil, presentasi bokong, segman bawah uterus tidak menipise) Obesitas berat2) Insisi caesarea transversalInsisi tranversal melalui segman bawah uterus merupakan tindakan untuk presentasi kepala, diantaranya :a) Lebih mudah diperbaikib) Kemungkinan ruptur disrtai keluarnya janin kerongga abdomen pada kehamilan berikutnyac) Tidak mengakibatkan perlekatan ususInsisi uterus harus dibuat cukup lebar agar kepala dan badan janin dapat lahir tanpa merobek atau harus memotong arteri dan vena uterina yang bejalan sepanjang batas lateral uterus.Pelahiran janin :a. Pada presentasi kepala, satu tangan diselipkan kedalam rongga uterus diantara simpisis dan kepala janin kepala diangkat secara hati-hati denga jari da telapak tangan melalui lubanginsisi melalui lubang insisi dibantu oleh penekanan sedang transabdomen pada fundus.b. Hidung dan mulut diaspirasi dengan bola penghisap (bulb syringe) untuk mencegah teraspirasinya cairan amnion dan isis nya oleh janin, dilakukan sebelum thorak dilahirkan.c. Bahu dilahirkan dengan tanpa ringan disertai penekanan pada fundusd. Bagian tubuh lainnya segera menyusul, setelahbahu dilarirkan, ibu atau pasien diberi oksitosin 20 unit/liter dengan kecepatan 10 lml/menit sampai uterus berkontraksi dengan baik.e. Tali pusat diklem, bayi dipegang setinggi dinding abdoment.f. Plasenta dikelurkan dari uterus.g. Penjahitan uterus dan dinding abdoment.h. Macam-macam sectio caesarea yang lain2. Indikasi Dilakukan Section Caesarea yang LainDiantaranya :a. Section Caesarea Ektra PeritoneumDiindikasikan bila terjadi kehamilandengan infeksi isi uterus, tujuan operasi adalah untuk membuka uterus secara ektra peritoneum. Dengan melakukan insisi melalui ruang retziuz dan kemudian disepanjang salah satu sisi dan dibelakang kandung kemih untuk mencapai segman bawah uterus.b. Section Caesarea Post MortumTerkadang section caesarea dilakukan pada seorang wanita yang baru saja meninggal, atau yang diperkirakan tidak lama lagi akan meninggal.3. Anestesia Sectio CaesareaAnalgesia dan anestesia harus diberikan pada ibu yang akan melahirkan dengan cara tidak mengurangi aktifitas rahim, yang dapat mengubah kemajuan persalinan, maupun tidak mengurangi aliran darah rahim, yang akan dapatmengakibatkan gawat darurat janin atau depresi neonatal.a. Jalur nyeri pada proses persalinanNyeri adalah rasa tak enak akibat perangsangan ujung-ujung syaraf khusus. Serat syaraf aferen viseral yang membawa impuls sensorik dari rahim memasuki medula spinalis pada segman torakal kesepuluh, kesebelas, dan keduabelas serta segman lumbal yang pertama (T 10 sampai L 1), adapun nyeri dari perineum melalui segman sakral kedua, ketiga, dan keempat (S 2 sampai S 4).b. Jenis anestesia untuk sectio caesarea1) Anestesia RegionalMemungkinkan ibu hamil dalam keadaan tetap sadar dan mengurangi kehilangan darah, resiko aspirasi paru-paru oleh isi lambung atau hipoksia yang kecil dan mengurangi efek obat pada neonatus.2) Anestesia EpiduralAnesthesia ini lebih dapat dikendalikan oleh kateter epidural, nyeri kepala tidak akan terjadi pasca operasi karena dura tidak ditusuk.3) Anestesia UmumDi indikasikan bila dibutuhkan section caesarea yang mendesak pada perdarahan ibu.4. KomplikasiKomplikasi sectio caesarea mencakup periode masa nifas yang normal dan komplikasi setiap prosedur pembedahan utama. Kompikasi sectio caesarea (Hecker, 2001 ; 341)a. PerdarahanPerdarahan primer kemungkinan terjadi akibat kegagalan mencapai hemostasis ditempat insisi rahim atau akibat atonia uteri, yang dapat terjadi setelah pemanjangan masa persalinan.b. Sepsis sesudah pembedahanFrekuensi dan komplikasi ini jauh lebih besar bila sectio caesarea dilakukan selama persalinan atau bila terdapat infeksi dalam rahim. Antibiotik profilaksis selama 24 jam diberikan untuk mengurangi sepsis.c. Cedera pada sekeliling stukturBeberapa organ didalam abdomen seperti usus besar, kandung kemih, pembuluh didalam ligamen yang lebar, dan ureter, terutama cenderung terjadi cedera. Hematuria yang singkat dapat terjadi akibatterlalu antusias dalam menggunakan retraktor didaerah dinding kandung kemih.Komplikasi Pada anakSeperti halnya dengan ibunya, nasib anak yang dilahirkan dengan sectio caesarea banyak tergantung dari keadaan yang menjadi alasan untuk melakukan sectio caesaria. Menurut statistik di negara – negara dengan pengawasan antenatal dan intra natal yang baik, kematian perinatal pasca sectio caesaria berkisar antara 4 dan 7 %. (Sarwono, 1999).Komplikasi dari Ketuban Pecah Dini diantaranya :a. Infeksi intra uterib. Prola tali pusatc. Kelainan presentasi janind. Persalinan per vaginam tidak diindikasikan5. Proses Penyembuhan LukaTubuh secara normal akan berespon terhadap cedera dengan dilkukan proses sectio cesrea “proses peradangan”, yang dikarakteristikkan dengan lima tanda utama: bengkak (swelling), kemerahan (redness), panas (heat), Nyeri (pain) dan kerusakan fungsi (impaired function). Proses penyembuhannya mencakup beberapa fase:a. Fase InflamasiFase inflamasi adalah adanya respon vaskuler dan seluler yang terjadi akibat perlukaan yang terjadi pada jaringan lunak. Tujuan yang hendak dicapai adalah menghentikan perdarahan dan membersihkan area luka dari benda asing, sel-sel mati dan bakteri untuk mempersiapkan dimulainya proses penyembuhan.Secara klinis fase inflamasi ini ditandai dengan : eritema, hangat pada kulit, oedema dan rasa sakit yang berlangsung sampai hari ke-3 atau hari ke-4.b. Fase ProliferatifProses kegiatan seluler yang penting pada fase ini adalah memperbaiki dan menyembuhkan luka sectio caesare dan ditandai dengan proliferasi sel. Peran fibroblas sangat besar pada proses perbaikan yaitu bertanggung jawab pada persiapan menghasilkan produk struktur protein yang akan digunakan selama proses reonstruksi jaringan.Pada jaringan lunak yang normal (tanpa perlukaan), pemaparan sel fibroblas sangat jarang dan biasanya bersembunyi di matriks jaringan penunjang. Sesudah terjadi luka, fibroblas akan aktif bergerak dari jaringan sekitar luka ke dalam daerah luka, kemudian akan berkembang (proliferasi) serta mengeluarkan beberapa substansi (kolagen, elastin, hyaluronic acid, fibronectin dan proteoglycans) yang berperan dalam membangun (rekontruksi) jaringan baru. Fungsi kolagen yang lebih spesifik adalah membentuk cikal bakal jaringan baru (connective tissue matrix) dan dengan dikeluarkannya substrat oleh fibroblas, memberikan pertanda bahwa makrofag, pembuluh darah baru dan juga fibroblas sebagai kesatuan unit dapat memasuki kawasan luka. Sejumlah sel dan pembuluh darah baru yang tertanam didalam jaringan baru tersebut disebut sebagai jaringan “granulasi”.Fase proliferasi akan berakhir jika epitel dermis dan lapisan kolagen telah terbentuk, terlihat proses kontraksi dan akan dipercepat oleh berbagai growth faktor yang dibentuk oleh makrofag dan platelet.c. Fase MaturasiFase ini dimulai pada minggu ke-3 setelah perlukaan dan berakhir sampai kurang lebih 12 bulan. Tujuan dari fase maturasi adalah menyempurnakan terbentuknya jaringan baru menjadi jaringan penyembuhan yang kuat dan bermutu. Fibroblas sudah mulai meninggalkan jaringan granulasi, warna kemerahan dari jaringa mulai berkurang karena pembuluh mulai regresi dan serat fibrin dari kolagen bertambah banyak untuk memperkuat jaringan parut. Kekuatan dari jaringan parut akan mencapai puncaknya pada minggu ke-10 setelah perlukaan sectio caesarea.Luka dikatakan sembuh jika terjadi kontinuitas lapisan kulit dan kekuatan jaringan parut mampu atau tidak mengganggu untuk melakukan aktifitas normal. Meskipun proses penyembuhan luka sama bagi setiap penderita, namun outcome atau hasil yang dicapai sangat tergantung pada kondisi biologis masing-masing individu, lokasi serta luasnya luka. Penderita muda dan sehat akan mencapai proses yang cepat dibandingkan dengan kurang gizi, diserta penyakit sistemik (diabetes mellitus)
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Untuk mengetahui ketuban pecah dini dapat dilakukan pemeriksaan, diantaranya (Manjoer, Arif. 1999 : 271)1. Leukosit darah kurang dari 1500 permikro darah liter, bila terjadi nyeri2. Tes lakmus merah mejadi biru3. Amnias sintetis (dengan cara amnion yang cukup diperoleh dari vagina untuk pemeriksaan pematangna paru-paru jain, dan dilakukan pemeriksaan pewarnaan gram dan biakan)4. USG, indeks caira amnion berkurang5. Darah lengkap, (haemoglobin, Hematokrit, leukosit, trombosit, dll)
TATALAKSANA MEDIS
Penatalaksanaan medis dan perawatan setelah dilakukan sectio caesarea (Cuningham, F Garry, 2005 : 614)1. Perdarahan dari vagina harus dipantau dengan cermat2. Fundus uteri harus sering dipalpasi untuk memastikan bahwa uterus tetap berkontraksi dengan kuat3. Analgesia meperidin 75-100 mg atau morfin 10-15 mg diberikan, pemberian narkotik biasanya disertai anti emetik, misalnya prometazin 25 mg4. Eriksa aliran darah uterus palingsedikit 30 ml/jam5. Pemberian cairan intra vaskuler, 3 liter cairan biasanya memadai untuk 24 jam pertama setelah pembedahan6. Ambulasi, satu hari setelahpembedahan klien dapat turun sebertar dari tempat tidur dengan bantuan orang lain7. Perawatan luka, insisi diperiksa setiap hari, jahitan kulit (klip) diangkat pada hari keempat setelah pembedahan8. Pemeriksaan laboratorium, hematokrit diukur pagi hari setelah pembedahan untuk memastikan perdarahan pasca operasi atau mengisyaratkan hipovolemia9. Mencegah infeksi pasca operasi, ampisilin 29 dosis tunggal, sefalosporin, atau penisilin spekrum luas setelahjanin lahir
DIAGNOSA KEPERAWATAN
Konsep Dasar Asuhan KeperawatanPelaksanaan asuhan keperawatan masa nifas pada post operasi sectio caesaria melalui pendekatan proses keperawatan dengan melaksanakan :1. PengkajianPada pengkajian klien dengan sectio caesaria, data yang dapat ditemukan meliputi distress janin, kegagalan untuk melanjutkan persalinan, malposisi janin, prolaps tali pust, abrupsio plasenta dan plasenta previa. (Tucker, Susan Martin, 1998).2. Diagnosa KeperawatanDiagnosa keperawatan yang dapat muncul pada klien dengan post operasi sectio caesaria diantaranya :a. Nyeri yang berhubungan dengan kondisi pasca operasi.b. Resiko terhadap perubahan pola eliminasi perkemihan dan/atau konstipasi yang berhubungan dengan manipulasi dan/atau trauma sekunder terhadap sectio caesaria.c. Resiko terhadap infeksi atau cedera yang berhubungan dengan prosedur pembedahan.d. Kurang pengetahuan yang berhubungan dengan kurang informasi tentang perawatan melahirkan caesar.e. Kurang volume cairan berhubungna dengan perdarahan (Doenges, 2000)f. Kurang pengetahuan perawatan diri dan bayi berhubungan dengan kurang informasi (Doenges, 2000)g. Kurang pengetahuan perawatan diri dan bayi berhubungan dengan kurang informasi (Doenges, 2000)3. Fokus Intervensia. Nyeri yang berhubungan dengan kondisi pasca operasi.Tujuan : Nyeri diminimalkan / dikontrol dan pasienmengungkapkan bahwa ia nyaman.Kriteria Hasil : Klien mengungkapkan bahwa klien nyamanIntervensi :1) Antisipasi kebutuhan terhadap obat nyeri dan atau metode tambahan penghilang nyeri.2) Perhatikan dokumentasikan, dan identifikasi keluhan nyeri pada sisi insisi; abdomen, wajah meringis terhadap nyeri, penurunan mobilitas, perilaku distraksi/penghilang.3) Berikan obat nyeri sesuai pesanan dan evaluasi efektivitasnya.4) Berikan tindakan kenyamanan lain yang dapat membantu, seperti perubahan posisi atau menyokong dengan bantal.b. Resiko terhadap perubahan pola eliminasi perkemihan dan/atau konstipasi yang berhubungan dengan manipulasi dan/atau trauma sekunder terhadap sectio caesaria.Tujuan : Berkemih secara spontan tanpa ketidaknyamananMengalami defeksi dalam 3 sampai 4 hari setelah pembedahan.Kriteria Hasil : Klien tidk ad permasalahn dengan pola eliminssIntervensi :1) Anjurkan berkemih setiap 4 jam sampai 6 jam bila mungkin.2) Berikan tekhnik untuk mendorong berkemih sesuai kebutuhan.3) Jelaskan prosedur perawatan perineal per kebijakan rumah sakit.4) Palpasi abdomen bawah bila pasien melaporkan distensi kandung kemih dan ketidakmampuan untuk berkemih.5) Anjurkan ibu untuk ambulasi sesuai toleransi.c. Resiko terhadap infeksi atau cedera yang berhubungan dengan prosedur pembedahan.Tujuan : Insisi bedah dan kering, tanpa tanda atau gejalainfeksi, Involusi uterus berlanjut secara normalKriteria Hasil : tidak ada tanda-tanda nfeksi, tidak ada eksudat, dansuhu normal 36º C - 37º CIntervensi :1) Pantau terhadap peningkatan suhu atau takikardia sebagai tanda infeksi.2) Observasi insisi terhadap infeksi.3) Penggantian pembalut atau sesuai pesanan4) Kaji fundus, lochia, dan kandung kemih dengan tanda vital sesuai pesanan.5) Massage fundus uteri bila menggembung dan tidak tetap kerasd. Kurang pengetahuan yang berhubungan dengan kurang informasi tentang perawatan melahirkan caesar.Tujuan : Klien mengungkapkan pemahaman tentang perawatanmelahirkan sesar.Kriteria Hsil : Klien mengerti kebutuhan nutrisinya, klien mengertitentang lochea, dan klien dapat istiraht dengan cukup.Intervensi :1) Diskusikan tentang perawatan insisi, gejala infeksi dan pentingnya diet nutrisi.2) Jelaskan tentang pentingnya periode istirahat terencana.3) Jelaskan bahwa lochia dapat berlanjut selama 3 – 4 minggu, berubah dari merah ke coklat sampai putih.4) Jelaskan pentingnya latihan, tidak mulai latiha keras sampai diizinkan oleh dokter.5) Jelaskan tentang perawatan payudara dan ekspresi manual bila menyusui.e. Kurang volume cairan berhubungna dengan perdarahan (Doenges, 2000)Tujuan : memenuhi kebutuhan cairan sesuai kebutuhan tubuhKriteria Hasil : intake dan out put seimbangIntervensi :1) Observasi perdarahan dan kontraksi uterus2) Monitor intake dan out put cairan3) Monitor tanda-tanda vital4) Observasi pengeluaran lochea, warna, bau, karakteristik dan jumlah5) Kolaborasi pemberian cairan elektrolit sesuai programf. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik (Doenges, 2000)Tujuan : aktivitas kembali sesuai kemampuan klienKriteria hasil : klien bisa beraktivitas seperti biasaIntervensi :1) Bantu klien dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari seminimal mungkin2) Berikan posisi yang nyaman3) Bantu klien dalam ambulasi dini4) Anjurkan menghemat energi, hindarikegiatan yang melelahkan5) Jelaskan pentingnya mobilisasi dinig. Kurang pengetahuan perawatan diri dan bayi berhubungan dengan kurang informasi (Doenges, 2000)Tujuan : Pengetahuan klien meningkatKriteria hasil : klien mampu mengungkapkan pemahaman tentagperawatan setelahoperasi sectio caesareaIntervensi :1) Kaji tingkat pengetahuan klien2) Berikan tentang perawatan diri3) Perlunya perawatan payudara dan ekpresi manual bila menyusui4) Jelaskan pentingnya ASI bagi bayi
PENATALAKSANAAN THERAPI ದೀತ್
PENATALAKSANAAN THERAPI DIIT
PADA PENDERITA SEPSIS
Ú GAMBARAN UMUM :
Ú Sepsis : Adanya mikroorganisme patogen atau toksin didalam darah atau jaringan lain.
Ú Komplikasi infeksi pada trauma atau penyakit yang memberi gambaran klinis berat disertai status metabolisme atau status gizi yg kompleks.
Ú Pasien sakit berat yang disebabkan oleh sepsis, trauma, penyakit yg menunjukkan respons inflamasi sistem à mengganggu fungsi imun à penyembuhan luka lbh lama à disfungsi paru, ginjal, GI tract dan hati à (multiple system organ faillure)
Ú DEFINISI :
Ú The Host reaction
Ú To invanding microbes
Ú Involves a rapidly poly signal and response
Ú May spread beyond the invaded tissue.
Ú CLASIFICATIONS :
Ú High Flow Sepsis (Aliran darah ke jaringan tinggi/cepat)à Increased Cardiac Output, Increased Systemic Perfusion.
Ú Low Flow Sepsis (Aliran darah ke jaringan rendah/lambat)à Cardiac decompensation, In adequate systemic perfusion, Acidosis à Death.
Ú PHYSIOLOGIC RESPONS :
Ú Fever
Ú Leucocytosis
Ú Activation of immunologic reactions
Ú Change in Metabolism
Ú Hypermetabolism à Fever à Metabolic rate meningkat 10-13% setiap kenaikan 1ºC.
Ú Alterations in glucose metabolism à 1. Hyperglycemia (Diabetes of infection), 2. Plasma insulin Normal/naik à but insulin in-sensitivity.
Ú Alterations in protein metabolism :
Katabolism (Nitrogen balance negative) à Amino acid flux from muscle + glutamine (meningkat) à Intestinal mucosa barrien damage & Bacterial translocation.
Ú PATOGENESIS OF SEPSIS
Ú BACTERIA GRAM (+) à EXOTOXIN
• SKIN INFECTION (kulit)
• RESPIRATORY TRACT (sal pernapasan)
• OPEN WOUND : BURN, etc. (luka-luka)
Ú BACTERIA GRAM (-) à ENDOTOXIN
• GI TRACT (sal. Pencernaan)
• BILE SYSTEM (saluran kemih)
• GENITO URINARY TRACT (empedu)
Ú PENATALAKSANAAN PADA PASIEN SEPSIS
Mengangkat / membuang lokasi infeksi.
Mengatasi keadaan nausea, anoreksia dan vonitus.
Mencegah Septic Shock dan Multiple Organ System Failure (MOSF).
Mencegah atau mengatasi komplikasi TPN seperti; hiperglikemia, glikosuria, diare osmotic, hiperosmolar/Coma Nonketotik, abnormalistas elektrolit (terjadi penurunan K+, PO4, Cl-)
Mencegah atau mengoreksi produksi CO2 yang berlebihan.
MANAJEMEN NUTRISI PADA PASIEN SEPSIS
Pada pasien sepsis penilaian kebutuhan energi harus dilakukan secara teliti dan bijaksana. Tujuan pemberian nutrisi pada fase akut adalah untuk menekan semaksimal mungkin katabolisme protein jaringan dan mengganti sebanyak mungkin nitrogen yang hilang dan bukan untuk meningkatkan berat badan. Pemberian energi secara berlebihan dapat meningkatkan sintesis catecolamin dan laju metabolisme.
Ú Rumus penghitungan kebutuhan protein pasien sepsis :(NUU (g)/24jam + INL (2 g) + A (3 g) ) x 6,25Apabila ada kenaikan urea darah ditambah dg rumus :(NUU (g)/24jam + NUD (g)/24 jam INL (2 g) + A (3 g) ) x 6,25
Pada pasien – pasien dengan laju katabolik yang tinggi dapat dipertimbangkan pemberian produk nutrisi yang mengandung tinggi asam amino yang digolongkan sebagai conditionally essential (glutamin, arginin, asam amino cabang:leusin, isoleusin, valin).
Kebutuhan lemak sekitar 20-25% dari kebutuhan energi total sehari dengan mempertimbangkan pemberian lemak MCT dan asam lemak essensial.
Vitamin dan mineral yang mengandung vitamin A, vitamin B kompleks, vitamin C, vitamin D, vitamin K dan vitamin E serta mineral Zn, P , K ,Mg ,Mn, Cu perlu diberikan karena kadarnya dalam plasma menurun dan ekskresinya dalam urine meningkat pada keadaan katabolic.
Cara pemberian nutrisi: selama fungsi gastrointestinal baik, harus diupayakan secara enteral (tube feeding) karena nutrisi enteral dapat mempertahankan mukosa intestin dan mencegah translokasi bakteri usus dan toksin, serta mengurangi resiko MOSF. Bila dapat ditoleransi oleh pasien dan konsisi pasien menunjukkan perbaikan serta selera makan dan kemampuan pasien baik, maka pemberian nutrisi dapat dialihkan ke oral dengan porsi kecil tapi sering.Asuhan cairan harus disesuaikan dengan kapasitas keseimbangan cairan. Pemantauan asuhan cairan (input) dan volume urine (out put) harus dilakukan secara teratur
TAHAP IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Tujuan Pembelajaran:
Mengidentifikasi Prioritas Tindakan keperawatan yang diberikan
Memberikan asuhan keperawatan
Mengkomunikasikan data baik verbal maupun tulisan
Pengertian
Implementasi adalah melaksanakan intervensi/aktivitas yang telah ditentukan
Merupakan tahap keempat dari proses keperawatan
Pada tahap ini Anda siap untuk melaksanakan intervensi dan aktivitas-aktivitas yang telah dicatat dalam rencana perawatan pasien.
Implementasi efektif dan efisien???
Harus:
Ø Mengidentifikasi prioritas perawatan
Ø Memantau dan mencatat respons
Ø Mengkomunikasikan kepada penyedia perawatan kesehatan lain
Ø Mengevaluasi dan merevisi renpra
Identifikasi Prioritas Perawatan
Segala sesuatu yang akan terjadi setiap hari pada pasien tidak dapat diperkirakan dengan pasti
Pengetahuan, keahlian & pengenalan rutinitas institusi E fleksibilitas untuk beradaptasi terhadap kebutuhan pasien
Sambil mendengarkan dengan teliti laporan pergantian shiftEpetunjuk pertama ttg dimana akan memulai
Pada lembar kerja: catat informasi spesifik, intervensi, atau aktivitas berurutan
Tinjau renpra hasil yang harus dievaluasi selama shift, prosedur rutin, dan pemberian obat
Setelah usai laporan shift: lakukan pengkajian dasar setiap pasien→petunjuk status fisik secara umum, peralatan/suplai yang diperlukan, dan perhatian mengenai keamanan(mis:kepatenan jalur invasif; kecepatan aliran IV)
Edapat mengenali perubahan pada signifikansi atau keparahan masalah pasien yang dapat mempengaruhi renpra
CONTOH:
Gibran, yang dirawat karena pneumonia, dispnea pada pukul 07.30. Anda perlu melakukan pengkajian lebih fokus untuk menentukan kebutuhannya segera.
Pengkajian AGD; mulai memberikan O2 tambahan.
Anda memutuskan Gibran tidak boleh memakan sarapannya sambil duduk di kursi
EJadi intervensi yang diidentifikasi sebelumnya tidak tepat pada saat ini, dan intervensi ya ng baru perlu dilakukan
Ini juga merupakan saat untuk meninjau renpra dengan pasien/orang terdekat untuk menjadwalkan aktivitas dan menilai tanggung jawab pasien
Contoh 2:
Gibran telah memutuskan bahwa jika ia menderita gagal nafas, ia tidak mau dipasang ventilator mekanik. Ini bukan berarti meniadakan kebutuhan untuk intervensi bila Anda memperhatikan bahwa ia sedang mendapatkan masalah.
Anda masih perlu bertindak dengan cepat untuk mencegah atau membatasi kemunduran lebih jauh.
Oleh karena itu selain memberikan O2 dan mengkaji suara nafas dan kepatenan jalan nafas, Anda meninggikan bagian kepala tempat tidur, mendorong Gibran u/ nafas dalam dan batuk efektif scr teratur, dan memberitahu penyedia perawatan kes lainnya spt: dokter, fisioterapis, dll jika perlu, dan memberitahu anggota kelg/orang yang perlu dihubungi lainnya.
Memberikan Asuhan Keperawatan
Intervensi terdiri banyak aktivitas, mulai tugas-tugas segderhana sampai prosedur kompleks
Aktivitas ini memerlukan perawatan yang menggunakan tangan scr langsung ( spt: memandikan di TT)
Melatih pasien/org terdekat mengenai penanganan perawatan dan
Mengawasi/memonitor hasil intervensi
Sebelum mengimplementasikan intervensi, Anda harus:
E Memahami alasan untuk melakukan intervensi, efek yang diharapkan, dan bahaya yang mungkin terjadi
E Menyediakan lingkungan yg kondusif
E Mempertimbangkan intervensi mana yang dapat digabungkan
Pengumpulan data yang terus menerus
Anda telah merumuskan renpra dan melaksanakannnya, pantau pasien tersebut untuk mengumpulkan data tambahan
Saat bicara dengan pasien, perhatikan perubahan nada suara dan ekspresi
Atau Ketika melakukan backrub perhatikan abnormalitas area koksigis yang memerah. Semua data ini dicatat dan maknanya divalidasi.
Informasi ini digunakan untuk membuat keputusan mengenai kebutuhan u/ tujuan yang baru, hasil, intervensi, dan memprioritaskan kembali renpra selama proses evaluasi.
DOKUMENTASI
Semua tatanan perawatan kesehatan secara hukum perlu mencatat observasi keperawatan, perawatan yang diberikan, dan respons pasien.
Berfungsi sebagai alat komunikasi dan sumber untuk membantu dalam menentukan keefektifan perawatan dan untuk membantu menyusun prioritas keperawatan berkesinambungan
Komunikasi Verbal dengan Tim Perawatan
Melaporkan kepada perawatan lain
Meninjau dengan dokter
Membahas dengan sumber-sumber lain (pekerja sosial, ahli gizi, fisioterapis)
Cara penyampaian informasi dapat mempengaruhi cara dimana informasi didengar sehingga dapat mempengaruhi kualitas perawatan yang diberikan
Sajikan informasi dalam cara objektif dan akurat E menurunkan kemungkinan salah paham atau secara negatif mempengaruhi perawatan pasien
Hindari bahasa penilaian
Contoh:
Ketika Samy berbicara dengan perawat, mengungkapkan kekhawatirannya mengenai pemulangan, perawat tersebut melaporkan informasi ini kepada personel shift berikutnya dan kepada dokter dengan mengatakan: “ Saya pikir Samy mencoba untuk memanipulasi kita. Ia mengatakan ia belum siap untuk pulang dan ia pikir jika dia”beertindak lemah”, ia tidak boleh meninggalkan rumah sakit.
Setelah mendengarkan laporan yang berupa penilaian ini, respons perawat shift berikutnya mungkin denganabawah sadarnya berhenti mendengarkan dan sepertinya kurang menanngapi apa yang dikatakan oleh Samy.
Bandingkan dengan contoh berikut:
Jika perawat melaporkan: “Samy telah mengungkapkan kekhawatierannya tentang kemmpuannya untuk meangani di rumah. Dia tampak lemah ketika kami membangunkannya pagi ini, memerlukan bantuan berjalan. Kemudian dia menghabiskan waktu sorenya dengan berbicara di telepon, mengabaikan tangisan bayinya sampai saya masuk ke ruangan. Kami perlu informasi tentang situasinya di rumah dan kebutuhannya untuk bantuan merawat bayinya yang baru lahir.
Laporkan:
Abnormalitas/perubahan dalam temuan pengkajian
Prosedur diagnostik dan hasilnya
Variasi dari hal-hal biasa
Aktivitas belum selesai dalam shift Anda
Status pengobatan invasif
Menambah atau mengubah renpra (meliputi evaluasi hasil dan status masalah pasien)
Laporan Pergantian Shift meliputi:
Ronde keperawatan
Kerahasiaan pasien sangat penting dipertahankan
Tidak melibatkan orang-orang yang tidak terlibat dalam perawatan pasien (mis: staf dari unit lain, kelg Anda sendiri, teman dan kenalan pasien)
• ASKEP KLIEN LANSIA DENGAN TUBERCULOSIS PARU
• Permasalahan yg tjd pd usia lanjut Berkaitan dengan TB paru
• makin besar jumlah lansia yg berada dibawah garis kemiskinan
• Berkaitan pencapaian kesejahteraan
- ketidakberdayaan fisikà ketergantungan pd orang lain
- ketidakpastian ekonomi à butuh perubahan total pd pola hidup
- pasangan sudah meninggalà perlu teman baru
• KONSEP DASAR
• Tuberculosis (TB) adalah penyakit infeksi yang terutama disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis.
• Tuberculosis (TB) adalah penyakit infeksius yang terutama menyerang parenkim paru.
• Tuberculosis merupakan infeksi bakteri kronik yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis dan ditandai oleh pembentukkan granuloma pada jaringan yang terinfeksi dan oleh hipersensitivitas yang diperantarai-sel (Cell-mediated hypersensivity).
• Penyakit ini biasanya terletak diparu, tetapi dapat mengenai organ lain.
• MENUA= menjadi tua (“aging”)
• “Suatu proses menghilangnya secara perlahan-lahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri / mengganti diri dan mempertahankan struktur dan fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap jejas (termasuk infeksi) dan memperbaiki kerusakan yang diderita”.
• (Constantinides, 1994)
• (2) “Suatu proses yang mengubah manusia dewasa dari keadaan sehat menjadi rapuh dengan berkurangnya
• cadangan kemampuan sistim fisiologis dan meningkatnya kerentanan terhadap penyakit dan diikuti kematian.”
• (Richard A. Miller, 2003)
• (3) “Menua adalah keadaan yang ditandai oleh kegagalan memelihara homeostasis pada kondisi tekanan fisiologis, kegagalan yang berkaitan dengan penurunan kemampuan untuk tetap hidup dan peningkatan kerentanan pada individu.”
• (Alex Comfort)
• ETIOLOGI
• Etiologi penyakit ini adalah dari jenis Mycobacterium tuberculosis dan Mycobacterium bovis. Jarang ditemukan Mycobacterium avium.
• PERUBAHAN RESPIRASI
• Peningkatan komplain dinding dada
• Hilangnya recoil elastik alveoli
• Penurunan masa otot respirasi
• Degenerasi epitel dan kelenjar bronkhi
• Osteoporosis toraks, vertebra, kostae
• Penurunan elastisitas dan kalsifikasi tulang rawan iga
• IMPLIKASI KLINIK:
• Kapasitas vital menurun
• Difusi oksigen terganggu, efisiensi respirasi menurun
• Refleks batuk menurun
• Kifosis dan peningkatan kekakuan dinding dada
• Kapasitas cadangan fungsional pernapasan terganggu
• Kepekaan terhadap pneumonia meningkat
• Mudah gagal respirasi
• MANIFESTASI KLINIS Tb paru
• Demam
• Umumnya subfebris, kadang-kadang 40-41 oC. keadaan ini sangat dipengaruhi oleh daya tahan tubuh pasien dan berat ringanya infeksi kuman tuberculosis yang masuk.
• Batuk
• Terjadi karena adanya iritasi pada bronkus, batuk ini dpenrlukan untuk membuang produk radang, sifat batuk dimulai batuk kering (non produktif) kemudian setelah timbul peradangan menjadi produktif (menghasilkan sputum/dahak) keadaan yang lanjut berupa batuk darah yang pecah. Kebanyakan batuk darah pada tuberculosis terjadi pada dinding beonkus.
• Sesak napas.
• Pada gejala awal atau ringan belum dirasakan sesak napas. Sesak napas akan ditemukan pada penyakit yang sudah lanjuut dimana infiltrasinya sudah setengah bagian paru-paru.
• Nyeri dada.
• Gejala ini dapat ditemukan bila infiltrasi radang sudah sampai pada pleura sehingga menimbulkan pleuritis, akan tetapi gejala ini akan jarang ditemukan.
• Malaise.
• Penyakit tubercukolsis paru bersifat radang yang menahun. Gejala malaise sering ditemukan anoretia, badan makin kurus, berat badan turun, sakit kepala, meriang, nyeri otot, keringat malam, timbul secara tidak teratur (ilmu penyakit dalam, 1996).
• PENATALAKSANAAN
• Medikasi :
• Rifampisin, dengan dosis 10-15 mg/kg BB/ hari, diberikan 1 kali sehari peroral, diminum dalam keadaan lambung kosong, diberikan selama 6-9 bulan.
• INH (isoniazid), bekerja bakterisidal terhadap basil yang berkembang aktif ekstraselular dan basil di dalam makrofag. Dosis INH 10-20 mg/kgBB/hari per oral, lama pemberian sampai 18-24 bulan.
• Streptomisi, bekerja bakterisidal hanya terhadap basil yang tumbuh aktif ekstraseluler, cara memberikannya intramuscular dengan dosis 30-50 mg/ kgBB/hari maksimum 750 mg/hari; diberikan setiap hari selama 1-3 bulan, dilanjutkan 2-3 kali seminggu selama 1-3 bulan lagi.
• Medikasi :
• Pirazinamid, bekerja baktersidal terhadap basil intraseluler; dosis 30-35 mg/kgBB/hari peroral, 2 kali sehari selama 4-6 bulan.
• Etambutol (belum jelas apakah bakterisidal atau bakteriostatik). Dosis 20 mg/kgBB/hari dalam keadaan lambung kosong, 1 kali sehari selama 1 tahun.
• Medikasi :
• PAS (para-aminosalisilat) sebagai bakteriostatik, dosisnya 200-300 mg/kgBB/hari, secara oral 2-3 kali sehari. Obat ini jarang dipakai karena dosisnya tinggi kurang menyenangkan pasien. Jika diberikan lamanya 1 tahun. Sekarang pemberian obat yang terbaik adalah kombinasi INH dan rifampisin atau etambutol dan INH dengan/tanpa streptpmisin tergantung derajat penyakit.
• Medikasi :
• Kortikosteroid, diberikan bersama-sama dengan obat anti tuberculosis yang masih sinsitif; diberikan dalam bentuk kortison dengan dosis 10-15 mg/kgBB/hari. Bila dalam bentuk prednisone dosis 1-3 mg/mgBB/hari. Kortikosteroid diberikan sebagai antiflogostik dan ajuvan pada tuberculosis milier, meningitis serosa tuberkulosa, pleuritis tuberkulosa, penyebaran bronkogen, atelektasis, tuberculosis berat atau keadaan umum yang buruk.
• PENGKAJIAN FOKUS
– Lakukan pengumpulan riwayat kesehatan dan pemeriksaan kesehatan yang lengkap.
– Lakukan pengkajian pernapasan yang menggali adanya demam, anoreksia, penurunan berat badan, berkeringat damam, keletihan, batuk, dan produksi sputum.
– Kaji perubahan suhu tubuh, frekuensi pernapasan, jumah dan warna sekresi, frekuensi dan keparahan batuk dan nyeri dada.
.
• PENGKAJIAN FOKUS
– Evaluasi bunyi napas terhadap konsolidasi ( takterdenar, bronchial, atau bising bronkovesikular, krakles). Fremitus, efogoni, dan perkusi (pekak).
– Kaji terhadap perbesaran nodus limfe termasuk nyeri.
– Kaji kesiapan emosional untuk belajar, persepsi dan pengertia tentang TB.
– Tinjau ulang hasil pemeriksaan fisik dan evaluasi laboratorium
• Pemeriksaan penunjang
• Uji kulit TB
• Reaksi local yang terdapat pada uji Mantoux terdiri atas :
– Eritema karena vasodilatasi primer.
– Edema karena reaksi antara antigen yang disuntikkan dengan antibody.
– Indurasi yang dibentuk oleh sel mononukleus.
• Kultur sputum
• Roentgen dada
• DIAGNOSA KEPERAWATAN
– Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan penumpukan sekret di saluran pernapasan.
– Gangguan pola napas tidak efektif berhubungan dengan sesak napas sekunder obstruksi saluran napas.
– Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan alveolus mengalami eksudasi.
• DIAGNOSA KEPERAWATAN
– Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kurang asupan makan sekunder; anoreksia, mual muntah.
– Gangguan pola istirahat berhubungan dengan batuk terus menerus.
– Intoleransi aktifitas berhubungan dengan keletihan dan kelemahan.
– Gangguan peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan demam.
– Resiko penyebaran infeksi berhubungan dengan batuk terus menerus sekunder inhalasi droplet.
• Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan penumpukan sekret di saluran pernapasan.
• Kaji fungsi pernapasan, contoh bunyi napas, kecepatan, irama dan kedalam dan penggunaan otot aksesori.Catat kemampuan untuk mengeluarkan mukosa/batuk efktif; catat karakter, jumlah sputum, adanya hemoptisis.
• Berikan pasien posisi semi atau fowler tinggi.
• Bantu pasien untuk batuk dan latihan napas dalam.
• Bersihkan sekret dari mulut dan trakea; penghisapan sesuai keperluan.
• Pertahankan masukan cairan sedikitnya 2500 ml/hari kecuali kontraindikasi.
• Kolaborasi :Lembabkan udara/oksigen inspirasi.
• Gangguan pola napas tidak efektif berhubungan dengan sesak napas sekunder obstruksi saluran napas.
• Selidiki etiologi gagal pernapasan.
• Observasi pola napas.
• Catat frekuensi pernapasan, jarak antara pernapaan spontan dan napas ventilator.
• Auskulatasi dada secara periodik, catat adanya/tak adanya dan kualitas bunyi napas, bunyi napas tambahan, juga simetrisitas gerakan dada.
• Tinggikan kepala tempat tidur atau letakan pada kursi ortopedik bila mungkin.
• Periksa selang terhadap obstruksi, contoh terlipat atau akumulasi air.
• Bantu pasien dalam kontrol pernapasan bila penyapihan diupayakan/dukungan ventilator dihentikan selama prosedur/aktivitas.
• Kolaborasi :
• Kaji susunan ventilator secara rutin dna yakinkan sesuai
• yakinkan bahwa aliran oksigen tepat/tabung; awasi analisa oksigen atau lakukan analisa oksigen periodik. Catat perubahan dai pemberian volume yang terbaca pada komputer.
• Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan alveolus mengalami eksudasi.
• Kaji dispnea, takipnea, tak normal/menurunnya bunyi napas, peningkatan upaya pernapaan, terbatasnya ekspansi dinding dada, dan kelemahan.
• Evaluasi perubahan pada tingkat kesadaran.
• Catat sianosis dan/atau perubahan pada warna kulit, termasuk membran mukosa dan kuku.
• Tunjukkan/dorong bernapas bibir selama ekshalasi, khusunya untuk pasien dengan fibrosis atau kerusakan parenkim.
• Tingkatkan tirah baring/batasi aktivitas dan bantu aktivitas perawtan diri sesuai keperluan.
• Kolaborasi:
• Berikan oksigen tambahan yang sesuai.
• Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kurang asupan makan sekunder; anoreksia, mual muntah.
• Catat status nutrisi pasien pada penerimaan, catat turgor kulit, berat badan dan derajat kekurangan berat badan, integritas mukosa oral, kemampuan/ketidakmampuan menelan, adanya tonus usus, riwayat mual/muntah atau diare.
• Pastikan pola diet biasa pasien, yang disukai / tak disukai.
• Awasi masukan/pengeluaran dan berat badan secara periodik.
• Selidiki anoreksia, mual, dan muntah dan catat kemungkinan hubungan dengan obat awasi frekuensi volume, konsistensi feses.
• Berikan perawatan mulut sebelum dan sesudah tindakan pernapasan.
• Dorong makan sedikit dan sering dengan makanan tinggi protein dan karbohidrat.
• Dorong orang terdekat untuk membawa makanan dari rumah dan untuk membagi dengan pasien kecuali kontrindikasi.
• Kolaborasi :Awasi pemeriksaan laboratorium, contoh BUN, protein serum dan albumin.
• Gangguan pola istirahat berhubungan dengan batuk terus menerus.
• Intoleransi aktifitas berhubungan dengan keletihan dan kelemahan.
• Tingkatkan tirah baring/duduk.
• Berikan lingkungan tenang; batasi pengunjung sesuai keperluan.
• Ubah posisi dengan sering.
• Berikan perawatan kulit yang baik.
• Lakukan tugas dengan cepat dan sesuai toleransi.
• Tingkatkan penggunaan teknik menajemen stres, contoh relaksasi progresif, visualisasi, bimbingan imajinasi.
• Berikan aktivitas hiburan yang tepat contoh menonton TV, radio, membaca.
• Kolaborasi :Berikan obat sesuai indikasi: sedatif , obat pencaha dahak, obat penekan batuk.
• Gangguan peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan demam.
• Resiko penyebaran infeksi berhubungan dengan batuk terus menerus sekunder inhalasi droplet.
• Kaji patologi penyakit (aktif/fase tak aktif; diseminasi infeksi melalui bronkus untuk membatasi jaringan atau melalui aliran darah/sistem limfatik) dan potensial penyebaran infeksi melalui droplet udara selama batuk, bersin, meludah, bicra, tertawa, menyanyi.
• Identifikasi orang lain yang berisiko, contoh anggota rumah, sahabat karib/teman.
• Ajurkan pasien untuk batuk/bersin dan mengelaurkan pada tisu dan menghindari meludah.
• Kaji pembuangan tisu sekali pakai dan teknik mencuci tangan yang tepat.
• Dorong untuk mengulangi demonstrasi.Kaji tindakan kontrol infeksi sementara, contoh masker atau isolasi pernapasan.Awasi suhu sesuai indikasi.
• Tekankan pentingnya tidak menghentikan terapi obat.
• Kolaborasi :Berikan agen antiinfeksi sesuai indikasi, contoh: obatn utama: isoniazid (INH) etambutol (Myambutol); rifampin (RMP/rifadin).
• Daftar Pustaka
• Isselbacher, Kurt J, 1999, Harrison prinsip-prinsip ilmu penyakit dalam. Ed. 13, EGC, Jakarta
• Baughman, Diane C, 2000, Keperawatan Medikal-bedah: buku saku untuk Brunner dan Suddarth, EGC, Jakarta
• Ngastiyah, 1997, Perawatan anak sakit/Ngastiyah, EGC, Jakarta
• Braunwald, 1991, Kelaianan karena agen biologic dan lingkungan. Ed. 11, EGC, Jakarta
• Smeltzer, Suzanne C, 2001, Buku ajar keperawatan medical-bedah Brunner & Suddarth. Vol. 3. ed. 8, EGC, Jakarta
• Hidayat, Aziz Alimul A, 2006, Pengantar Ilmu Keperawatan Anak/A. Aziz Alimul Hidayat. Edisi pertama, Jil. 2, Salemba Medika, Jakarta